“Love you
to pieces”
Gitu kata salah satu poster film ini. Mungkin agak aneh ya kalau kita nggak nonton fimnya secara utuh, maksudnya apa kata-kata itu? Well, itu makna sesungguhnya. He loves your pieces of flesh.
Film ini
pada awalnya genrenya rom-com. Tentang Noa (Daisy Edgar-Jones), seorang cewek yang mencoba
cari-cari pasangan.Dia main tinder dan pada akhirnya memutuskan ketemuan sama
tinder-match nya, yang turns out sangat nggak cocok dan nyebelin. Mereka nggak
berakhir baik-baik. Namun, pada suatu hari yang random Noa ketemu cowok ini.
Namanya Steve (Sebastian Stan), di isle sayuran dan buah-buahan. Kemudian hubungannya berlanjut
dengan cepat jadi intens, dan gong nya Noa diajakin short gateway ke suatu
tempat yang cukup jauh dari kotanya.
Kedengerannya seru kan? Iya betul, sampai 33 menit pertama semuanya romantis dan lucu. Padahal sebenernya film ini genrenya thriler. Sebagian dari temen-temen mungkin udah ada yang liat cuplikannya di tik-tok atau di tempat lain, jadi udah nggak begitu surprise. Meskipun begitu, tetep seru untuk ditonton kok!
Kesan pertama yang aku dapat dari film ini adalah film ini terlihat low budget --meskipun sebenernya nggak juga. Lokasinya nggak banyak pindah, nggak banyak efek-efek yang aneh, cast nya pun bisa dibilang sedikit. Namun, film ini menurut aku digarap dengan oke. Cukup detail menggambarkan keseharian seorang serial-killer, tegangnya dapet karena dari dialog-dialognya aja pun kita bisa jadi ngeri sendiri. Semua cast nya pun memainkan ini dengan baik. Apalagi, mbak Daisy sebagai Noa. Pengen liat dia lebih banyak lagi di film-film lain.
Sebetulnya untuk film thriller, bisa dibilang gore nya sedikit ya. Rasa jijik dan horrornya didapat dari potongan daging yang bertebaran sepanjang film, dan dialog para tokoh pada adegan makan. Jadi males makan setelah nonton. Kemudian, film ini cukup bersih dari darah meskipun mengusung tema tentang pembunuhan dan kanibalisme. Bener-bener rapi cara kerja si Steve tokoh utama kita. Sebetulnya poster film ini cukup mengambarkan apa yang terjadi secara keseluruhan, sih. 'Daging'-nya dikemas dengan rapi, pake kemasan vakum loh! Bonus mechandise juga.
Yang mencuri perhatian aku selanjutnya adalah musik-musik di film ini enak-enak.
Kekurangannya?
Ada. Menurut aku, cerita tentang sejarah Steve melakukan pekerjaan haram motongin badang cewek dan dijualin itu kurang gamblang aja dibahasnya.
Sepertinya kalau dibahas lebih jauh akan lebih menarik. Banyak banget tanda
tanya yang sengaja ditinggalkan untuk penonton debat. Tapi meskipun udah
membaca komentar di komenan youtube atau forum-forum aku nggak nemu yang
jawabannya cocok. Kalau ini emang tujuan sutradara dan penulis, maka congrats
anda berhasil!!
Setelah
meonton film ini, aku jadi pengen nyuruh temen-temen cewek ku yang jomblo untuk
nonton ini. Karena ini dekat banget dengan kehidupan ku sebagai cewek 24 tahun.
Sebagian temanku pun sedang cari pasangan, aku harap setelah nonton ini jadi
jauh lebih hati-hati dan selektif serta nggak cepet percaya sama laki-laki
dalam urusan dating. Red-flags di film ini pun bisa jadi pedoman buat
temen-temen cari jodoh baik di tinder, ataupun di dunia nyata. Hati-hati sist!
Rinda~