Balada Benci
02.06
source : we heart it |
Assalamualaikum,
Meskipun gue nggak religius-religius amat, tanpa
Assalamualaikum rasanya ada yang kurang.
Sungguh lagi banyak banget hal yang berseliweran di kepala.
Dan harusnya sekarang nih gue ngerjain UAS tapi malah nulis blog. Hadeh emang
ya manusia aneh, giliran deadline blog banyak aja ga mau ngeblog si bahlul satu
ini.
Banyak banget hal di tahun ini, 2018. Yang membuat gue
dewasa dan kemudian menyadari banyak hal. Dengan catatan nggak semua hal itu
positif. Kenapa? Karena, sadarlah. Kita ini hidup di dunia nyata. Nggak ada
semuanga putih. Bahkan dunia ini tuh bukan Cuma putih dan hitam kayak di
sinetron. Di dunia ini ada hitap, putih, abu-abu, bahkan ada ijo tai kuda dan
ada biru langit, biru laut juga ada. Bahkan warna biru aja banyak versinya. Dan
faktanya memang dunia ini begitu heterogen, campur aduk, bikin pusing dan lama-lama
bikin muak. Tapi sedihnya kita harus tetep tinggal di dunia, karena ya gimana
lagi kak.
Satu hal yang gue rasa berubah dari diri gue adalah, gue
jadi orang yang pembenci.
Dulu, when I was younger. Cie. Gue ngerasa guilty abis
ketika benci ke sesuatu atau seseorang. Rasanya gue adalah orang yang jahat
banget ketika benci seseorang terutama ketika alasannya nggak jelas. Di dalam
hati “hmm aku jahat banget sih kenapa benci ke dia? Dia kan gak salah apa-apa”.
Ya tapi itu dulu, sekarang rasanya ya kalau udah gedek sama seseorang atau
sesuatu guelebih bisa nerima dan nggak ngerasa bersalah.
Di dalam pikiran gue sekarang, membenci seseorang atau
sesuatu adalah hasil seleksi alam. Ya itu adalah seperti suatu hasil dari
proses yang panjang. Semacam evolusi by Charles Darwin gitu. Kita akan sadar,
mana yang guna, mana yang nggak guna, mana yang baik buat lo, mana yang baiknya
buat orang lain aja. Dan hal itu in my opinion, wajar banget.
Hal yang sekarang lagi gue benci adalah.... instagram hahah
why? Karena banyaknya di sana palsu. Dan aku gak suka yang palsu, aku (ternyata)
nggak suka sesuatu yang puitis, menye-menye, dan dibuat-buat. Aku suka sesuatu
ya yang natural aja. Dan hal yang natural tidak gue dapatkan dari instagram
terutama baca caption dari beberapa account dan beberapa orang yang gue tau.
Sungguh, menurut gua itu tidak natural, sehingga I hate it hehe. Sorry.
Tapi kebalikannya, mungkin ada juga yang suka puitis dan
romantis, tapi malah benci yang realita, alami, dan tidak ditambag pemanis buatan?
Mungkin.
Tapi masih ada rasa “kok gue jahat banget sih sama orang,”
jauh di lubuk hatiku.
Tapi di sisi lain. Bodo amat. Lebih baik jujur pada diri
sendiri (setidaknya) kalau gak suka.
Gak suka sesuatu bukan berarti jahat, dan bilang tidak juga
tidak bikin seseorang jahat.
Namanya juga idup.
Tapi yang terbijak kata suatu quotes di we heart it sih, "kalau lo benci udah diem aja. Omongin aja yang lo suka" Dan itu betul. Boleh benci, tapi kayakn y menebar kebencian ya tetep nggak bagus. Mending yang nyebelin-nyebelin diomonginnya sama close friend aja cukup ye kak.
Inti dari post ini?
Gue gak suka sesuatu yang palsu, seperti caption panjang
penuh cinta, or something that too good to be true.
I hate it.
Heheh
Rinda~
2 komentar
Aku sekarang lagi ada di fase I hate everything, I hate everyone. Oh apalah arti liburan kalau aku nangis tiap hari. Aku nggak ingin ngomongin itu di ig tapi aku berusaha jujur sih untuk hal lain~
BalasHapusBenci sesuatu hal itu nggak bikin kita jahat. Itu bikin kita punya selera, dan punya karakter. Tau apa yang kita mau dan apa yang kita ga mau~
sama fir aku juga fir. I hate everything and everyone without anyt reason. Sorry tapi gimana lagi hati ini sudah says no :(
Hapus