Iseng : Jalan-Jalan Di Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda (Tahura) Dago, Bandung

21.54



Udah setahun nggak bikin konten jalan-jalan di Bandung. Kebtulan hari ini aku dan Pak Irfan jalan-jalan ke Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda (well, kita singkat aja jadi Tahura). Meskipun aku tumbuh dan besar di Bandung, aku baru tau kalau ada tempat semacam Tahura ini saat aku umur 24 tahun. Sunggu rugi karena Tahura cocok banget buat orang-orang seperti aku yang hobinya jalan-jalan.


Aku sudah dua kali ke sini, tapi pada kesempatan pertama aku nggak bikin konten karena saat itu rame juga pengunjungnya. Akhirnya aku dateng lagi ke sini setelah Pak Irfan ngajak aku secara tiba-tiba pas lagi beli nasi goreng. “besok ke Tahura, yuk!” Ya tentu saja gas pol. Saat itu juga aku pesen tiket. Jadi sebelum kita ke lokasi ada baiknya kita cek dulu apakah Tahura buka atau tutup. Sering kali Tahura tutup kalau kasus Covid-19 sedang tinggi.  

Berapa harga tiket masuknya? Aku mengunjungi Tahura di hari Kamis, 17 Februari 2022. Aku hanya pergi bareng Pak Irfan menggunakan motor. Kami bayar Rp. 30.000, Rp. 12.000 untuk tiket masuk per oang dan Rp. 6.000, untuk biaya kendaraan karena kita bawa motor. Kayaknya kalau bawa mobil (udah pasti sih) lebih mahal.


 

Sebelum lebih jauh, mungkin ada baiknya juga kita bahas sedikit soal Tahura. Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda ini, dulunya adalah bagian dari Hutan Lindung, tapi tatusnya diubah jadi Taman Wisata Alam Curug Dago pada tahun 1980. Dan sejak tahun 1985 sampai sekarang statusnya adalah Taman Hutan Raya, ini adalah Taman Hutan Raya pertama di Indonesia. Fungsinya untuk saat ini adalah untuk penyangga kehidupan, untuk menjaga kelestarian air, kelestarian aneka ragam jenis flora dan fauna di lingkup Tahura dan memanfaatkan panorama alam menjadi tempat konservasi, koleksi, edukasi dan rekreasi yang bisa juga dimanfaatkan warga sekitar sebagai salah satu sumber pendapatan. Intinya, sekarang kita bisa main-main ke Tahura untuk dapetin edukasi ataupun sekedar rekreasi. Dan lebih dari itu, keberadaan tahura juga jadi ‘penyeimbang’ Kota Bandung yang sekarang nggak se-asri dulu.


 

Di kawasan Tahura ini, bukan Cuma ada jalan setapak dan hutan di kanan dan kiri. Di area ini ad Goa Belanja, Goa Jepang, beberapa curug alias air terjun, museum, penangkaran rusa, dan tebing keraton. Tapi memang jaraknya lumayan jauh masuk ke dalam kawasan Tahura. Aku dan pak Irfan nggak jalan terlalu jauh. Kami Cuma masuk sekitar 4 kilometer karena dari pasi langit udah mendung. Dan kita nggak bawa topi maupun jas hujan. Jadi kita balik kanan.

 

Kami jalan nggak terlalu jauh tapi nggak apa-apa nanti kita bisa kesini lagi dengan persiapan yang lebih oke. Setelah melalui perjalanan yang nggak terlalu jauh itu, aku mengambil kesimpulan bahwa:

1.       1. Lebih baik bawa ransel isinya air minum, snack, dan jas hujan yang ringan.

2.    2. Pakai sepatu yang proper. Jangan pakai sandal ataupun sepatu yang kurang nyaman. Karena jalannya ada yang cukup terjal, plus karena kemarin hujan jalannya cukup lincin serta kubangan lumpur.

3.    3. Jalan lebih seru kalau ramai. Setidaknya berempat lebih terasa ‘aman’ dibandingkan Cuma berdua. Tadi kami berdua dan rasanya sepi banget. 200 meter sekali belum tentu ketemu sesame pengunjung. Buat aku yang parno-an agak sedikit serem.

1.      4. Hati-hati dengan ranting pohon yang lapuk dan mungkin reruntuhan batu atau pasir, atau cacing dari atas. 

Tapi overall jalan kaki di Tahura itu must try buat warga Bandung dan warga-warga dari daerah lain yang main ke Bandung. Bener-bener pengalaman yang sepertinya sih, nggak ada dan gak bisa dirasain di tempat lain.

 

Ayo ke Tahura!

 

Rinda ~

 

 

You Might Also Like

1 komentar

  1. It looks a beautiful place! Thanks for sharing.
    I invite you to visit my last post. Have a good week-end!

    BalasHapus

Skilled-daydreamer